
Azimah Rahayu adalah seorang penulis yang namanya cukup terkenal, meski mungkin tidak seterkenal Mbak Helvy Tiana Rosa, atau adiknya Asma Nadia. Tapi beberapa karyanya ada yang menjadi best seller dan sebagian besar memang senada dengan judul buku yang saya beli kali ini. Pagi Ini Aku Cantik Sekali (Syamil, 2003), Hari Ini Aku Makin Cantik (Syamil, 2005) dan Karena Aku Begitu Cantik (Sygma Publishing, 2008) adalah karyanya yang saya sebut tadi dengan senada.
Hanya satu orang yang memberi komentar atas buku ini. Kalo misalnya novel-novel bestseller internasional dikomentari oleh The New York Times, The Wall Street Journal, The Boston Globe, atau mungkin novel bestseller Indonesia dikomentari oleh Pak Ahmad Tohari misalnya, maka tulisan Mbak Azi ini hanya dikomentari oleh seorang perempuan, yang tidak ada sangkut pautnya dengan dunia tulis menulis. Tapi dalam komentarnya yang cukup panjang, terefleksikan kecerdasan dan kecantikan tersendiri dari sang komentator, dia adalah Sandrina Malakiano Fatah. Dan di buku inilah, ia terdorong untuk menceritakan sebagian kisahnya saat mempertahankan keyakinan untuk mengenakan jilbab, hingga akhirnya ia keluar dari salah satu stasiun televisi terkemuka yang telah mengangkat namanya.
Karena Aku Begitu Cantik merupakan catatan harian seorang muslimah yang ditulis dengan apik dan sederhana. Dengan mudah siapapun akan langsung mendapatkan pesan dari setiap artikel yang ditulis Mbak Azi ini. Masing-masing tulisan dikelompokkan dalam bab yang diberi judul nama-nama bunga. Ada melati, mawar, sakura, anggrek, teratai dan anyelir. Entah apa dasar pembagian kelompok-kelompok bunga ini, tapi saya rasa, pengelompokkan ini adalah strategi sang penulis untuk mengajak kita pada sisi terdalam alasan pembuatan judul buku ini. Dan saya yakin, setiap kita pernah mengalami hal yang sama dengan apa yang diceritakan, namun tidak setiap kita memiliki kemampuan yang sama untuk menuliskannya menjadi mutiara-mutiara hikmah seperti ini. Ada yang mengungkapkannya melalui lisan dengan cara curhat, ada yang menuliskannya dalam buku diary lalu merahasiakannya, ada yang menulisnya di blog lalu mempublishnya, ada pula yang menuliskannya lalu diterbitkan dalam sebuah buku.
Saya habiskan membaca buku ini dalam beberapa hari. Dan di setiap akhir bab, saya mengambil jeda sambil termenung, lalu saya tutup buku itu. Menatap cermin dan lagi-lagi..saya tersenyum. Setiap bab yang saya selesaikan dengan santai, sambil menikmati bagian-demi bagian tulisan mbak Azi membuat saya semakin paham mengapa judul buku ini “Karena Aku Begitu Cantik”.
Artikel yang paling saya sukai adalah Sahabat, Jikalah Pada Akhirnya dan Nikmatilah Karena Ini Pun Akan Berlalu. Berperan lagaknya seorang trainer, Mbak Azi ini berkali-kali memompa motivasi kita untuk mencintai diri sendiri dan mencintai Allah yang telah membuat keadaan kita begitu sempurna, meski sempurna menurut kita belum tentu sempurna menurut-Nya. Ini secuil tulisannya dalam bentuk puisi :
Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa,
Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti
Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa tidak dinikmati saja,
Sedang ratap tangis tidak akan mengubah apa-apa
Jikalah luka kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa,
Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama
Jikalah benci dan marah akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti diumbar sepuas rasa,
Sedang menahan diri adalah lebih berpahala
Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti tenggelam di dalamnya,
Sedang tobat itu lebih utama
Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri,
Sedang kedermawanan justru akan melipatgandakannya
Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti membusung dada,
Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia
Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama,
Sedang memberi akan lebih banyak memiliki arti
Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti dirasakan sendiri,
Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna
Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka,
Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta
Duhai, indah nian bukan? Sederhana, sarat makna. Sahabat bisa temukan arti judul ”Karena Aku Begitu Cantik” dengan mengeksplore buku ini sendiri. Nah bagaimana dengan kaum adam? Haruskah judul ini dibuat lebih general? Tidak harus seperti itu, kalau mau silakan baca saja dan coba perhatikan bayangan yang terpantul dari cermin itu, apa sahabat juga ikut tersenyum? :p
-29 Desember 2008-
Hanya satu orang yang memberi komentar atas buku ini. Kalo misalnya novel-novel bestseller internasional dikomentari oleh The New York Times, The Wall Street Journal, The Boston Globe, atau mungkin novel bestseller Indonesia dikomentari oleh Pak Ahmad Tohari misalnya, maka tulisan Mbak Azi ini hanya dikomentari oleh seorang perempuan, yang tidak ada sangkut pautnya dengan dunia tulis menulis. Tapi dalam komentarnya yang cukup panjang, terefleksikan kecerdasan dan kecantikan tersendiri dari sang komentator, dia adalah Sandrina Malakiano Fatah. Dan di buku inilah, ia terdorong untuk menceritakan sebagian kisahnya saat mempertahankan keyakinan untuk mengenakan jilbab, hingga akhirnya ia keluar dari salah satu stasiun televisi terkemuka yang telah mengangkat namanya.
Karena Aku Begitu Cantik merupakan catatan harian seorang muslimah yang ditulis dengan apik dan sederhana. Dengan mudah siapapun akan langsung mendapatkan pesan dari setiap artikel yang ditulis Mbak Azi ini. Masing-masing tulisan dikelompokkan dalam bab yang diberi judul nama-nama bunga. Ada melati, mawar, sakura, anggrek, teratai dan anyelir. Entah apa dasar pembagian kelompok-kelompok bunga ini, tapi saya rasa, pengelompokkan ini adalah strategi sang penulis untuk mengajak kita pada sisi terdalam alasan pembuatan judul buku ini. Dan saya yakin, setiap kita pernah mengalami hal yang sama dengan apa yang diceritakan, namun tidak setiap kita memiliki kemampuan yang sama untuk menuliskannya menjadi mutiara-mutiara hikmah seperti ini. Ada yang mengungkapkannya melalui lisan dengan cara curhat, ada yang menuliskannya dalam buku diary lalu merahasiakannya, ada yang menulisnya di blog lalu mempublishnya, ada pula yang menuliskannya lalu diterbitkan dalam sebuah buku.
Saya habiskan membaca buku ini dalam beberapa hari. Dan di setiap akhir bab, saya mengambil jeda sambil termenung, lalu saya tutup buku itu. Menatap cermin dan lagi-lagi..saya tersenyum. Setiap bab yang saya selesaikan dengan santai, sambil menikmati bagian-demi bagian tulisan mbak Azi membuat saya semakin paham mengapa judul buku ini “Karena Aku Begitu Cantik”.
Artikel yang paling saya sukai adalah Sahabat, Jikalah Pada Akhirnya dan Nikmatilah Karena Ini Pun Akan Berlalu. Berperan lagaknya seorang trainer, Mbak Azi ini berkali-kali memompa motivasi kita untuk mencintai diri sendiri dan mencintai Allah yang telah membuat keadaan kita begitu sempurna, meski sempurna menurut kita belum tentu sempurna menurut-Nya. Ini secuil tulisannya dalam bentuk puisi :
Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa,
Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti
Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa tidak dinikmati saja,
Sedang ratap tangis tidak akan mengubah apa-apa
Jikalah luka kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa,
Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama
Jikalah benci dan marah akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti diumbar sepuas rasa,
Sedang menahan diri adalah lebih berpahala
Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti tenggelam di dalamnya,
Sedang tobat itu lebih utama
Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri,
Sedang kedermawanan justru akan melipatgandakannya
Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti membusung dada,
Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia
Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama,
Sedang memberi akan lebih banyak memiliki arti
Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya,
Mengapa mesti dirasakan sendiri,
Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna
Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka,
Sedang begitu banyak kebaikan bisa dicipta
Duhai, indah nian bukan? Sederhana, sarat makna. Sahabat bisa temukan arti judul ”Karena Aku Begitu Cantik” dengan mengeksplore buku ini sendiri. Nah bagaimana dengan kaum adam? Haruskah judul ini dibuat lebih general? Tidak harus seperti itu, kalau mau silakan baca saja dan coba perhatikan bayangan yang terpantul dari cermin itu, apa sahabat juga ikut tersenyum? :p
-29 Desember 2008-
No comments:
Post a Comment