Monday, May 17, 2010

Belajar Dari Sel Darah Merah

Manusia memiliki sistem organ yang sangat kompleks. Salah satunya adalah sistem kardiovaskular atau sistem sirkulasi. Komponen dari sistem sirkulasi adalah darah sebagai transporter, pembuluh darah sebagai jalannya dan jantung sebagai pompanya. Darah berperan dalam proses transport, pengaturan pH dan komposisi elektrolit, pembekuan darah, pertahanan tubuh serta menjaga/menstabilisasi suhu tubuh. Darah terdiri dari bagian utama yaitu plasma darah (55%) dan elemen darah (45%). Plasma darah sebagian besar disusun oleh air (92%), sedangkan elemen darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan platelet. Sekarang, mari kita fokuskan bahasan kita pada eritrosit yang darinya kita belajar banyak hal.

Eritrosit berperan terutama dalam transport gas. Ukurannya sekitar 7,5µm, bentuknya cakram bikonkaf atau cakram pipih dengan bagian pusat lebih tipis dan lebih terang dari bagian tepinya. Bentuk ini menguntungkan karena permukaannya menjadi lebih luas untuk proses difusi gas (dibandingkan bentuk bola atau kubus). Eritrosit merupakan sel tidak berinti, tidak punya organel seperti sel-sel lain. Ia seolah-olah merupakan kantung untuk hemoglobin (Hb). Hb adalah protein eritrosit yang berfungsi dalam mentransport O2.

Eritrosit ‘didedikasikan sepenuhnya’ oleh Alloh untuk mentransport gas respirasi (O2 & CO2). O2 merupakan gas yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh kita untuk proses metabolisme. Sedangkan CO2 merupakan gas buangan yang harus dikeluarkan dari tubuh. Eritrosit tidak memiliki mitokondria sehingga energi yang diperolehnya berasal dari metabolisme anaerob (tidak membutuhkan O2). Oleh karena itu eritrosit tidak akan mengkonsumsi O2 yang ditransportnya. Hal ini membuat eritrosit sebagai pentransport yang ’efisien’ dan ’profesional’. Pelajaran pertama dari eritrosit adalah ”Amanah tanpa Pamrih”. Betapa sel yang suprakecil itu telah berbuat banyak untuk sel-sel sahabatnya yang lain. Mereka adalah sel-sel yang menyusun otak, lambung, usus, telinga, semuanya.. Eritrosit bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan oleh sang Arsitek, yaitu ”mentransport”. Dan tidak ada korupsi, karena sekali korupsi ”energi”, maka tubuh akan lemah dan akan berdampak secara tidak langsung pada fungsi eritrosit itu sendiri. Subhanalloh..

Bagaimana eritrosit dibentuk? Pembentukan eritrosit atau disebut juga eritropoiesis terjadi di sumsum merah yang terletak pada tulang belakang, sternum (tulang dada), tulang rusuk, tengkorak, tulang belikat, tulang panggul serta tulang-tulang anggota badan (kaki dan tangan).

Eritrosit ini memiliki waktu hidup yang relatif pendek. Hal ini disebabkan gangguan mekanis dan kondisi internal eritrosit itu sendiri. Tidak adanya inti menyebabkan eritrosit memiliki sejumlah keterbatasan. Eritrosit tidak mampu mensintesis protein untuk tumbuh, atau untuk memperbanyak diri. Eritrosit lama kelamaan akhirnya menjadi tua dan kehilangan fleksibilitasnya. Eritrosit menjadi kaku dan rapuh.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 700 mil dalam 120 hari, membran selnya rusak dan hal ini dideteksi oleh sel-sel fagosit dan selanjutnya eristrosit ditelan. Lalu eritrosit baru memasuki sirkulasi dengan kecepatan yang sebanding dengan eliminasinya. Sekitar 1 persen dari eritrosit yang bersirkulasi diganti setiap hari, dan sekitar 3 juta eritrosit baru memasuki sirkulasi setiap detik untuk menggantikan peran ”pendahulu–pendahulu eritrosit”. Pelajaran kedua dari eritrosit adalah ”Kerja keras dan kaderisasi/regenerasi”. Eritrosit dalam 1 menit mengalami sirkulasi dari jantung ke seluruh bagian tubuh hingga akhirnya kembali ke jantung. Bukan pekerjaan yang ringan bagi makhluk Alloh yang mungil ini, itu sama halnya kita diminta berlari mengelilingi stadion senayan sampai ”KO” :p. Dan kelelahan ini pastinya akan sampai pada puncak sehingga harus ada yang menggantikan. Seperti panglima perang yang syahid di atas kudanya sambil memegang panji, maka harus ada yang kembali menjunjung panji itu hingga perang usai dan kemenangan di genggaman. Dan proses regenerasi tidak hanya dikenal dalam dunia manusia (makro) saja, tapi juga dunia sel (mikro) dimana markas sumsum merah atas perintah sistem pengaturan dan tentunya kehendak Alloh menjadi basis pencetak generasi fresh eritrosit yang akan kembali menunaikan ”amanah tanpa pamrih”. Dan begitu seterusnya.. wallahu’alam

Referensi :
1. Catatan kuliah ”Hematologi” (mata kuliah pilihan Farmasi ITB)
2. Essential Hematology, karangan A.V. Hoffbrand
3. Dinamika Obat, Edisi kelima, karangan Ernst Mutschler

No comments:

Post a Comment