Monday, May 17, 2010

Bila Perempuan Tidak Ada Dokter

Di dunia ini, ada jutaan perempuan yang hidup di kota-kota dan desa-desa ‘yang tidak ada dokter’ atau kalaupun ada, layanan kesehatan di daerah itu umumnya tidak terjangkau. Oleh karena itu banyak di antara mereka yang menderita, bahkan banyak pula yang meninggal, hanya karena tidak terjangkaunya layanan perawatan dan pengobatan, serta tidak tersedianya informasi yang memadai tentang seluk beluk kesehatan perempuan. Untuk merekalah buku ini ditulis. Bagaimanakah faktanya di Indonesia ?

Lalu mengapa PEREMPUAN? Jawaban dari pertanyaan ini langsung anda dapatkan di Bab I, karena “kesehatan perempuan adalah persoalan masyarakat”. Bila seorang perempuan sehat, ia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan pekerjaannya sehari-hari, memenuhi banyak peran yang dimilikinya dalam keluarga dan masyarakat serta membangun hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Setiap perempuan mempunyai hak atas perawatan kesehatan yang utuh sepanjang hidupnya, tidak hanya sebatas perannya sebagai istri dan ibu. Selain itu, kesehatan seorang perempuan bukan saja dipengaruhi oleh keunikan ragawi semata, melainkan juga dipengaruhi oleh seluruh kondisi sosial, kebudayaan dan ekonomi dimana dia berada. Intinya, jika kesehatan perempuan membaik, semua orang yakni perempuan itu sendiri, keluarganya, serta masyarakatnya akan menikmati manfaatnya.


Seorang perempuan yang sehat memiliki peluang untuk mengangkat segenap potensinya. Suami dan anak-anaknya akan terpelihara dengan baik, ups,, maksudnya akan sehat, bahkan ia akan memberikan sumbangan besar bagi masyarakat di sekitarnya, baik itu kegiatan sosial, politik, budaya, pendidikan dan lain-lain. Oleh karena itu, wajar jika problem kesehatan perempuan dianggap sebagai masalah yang hampir selalu menyangkut orang lain. Kesehatan perempuan bukan hanya urusan perempuan yang bersangkutan, melainkan menjadi problema masyarakat seutuhnya.

Paradigma dimana perempuan ‘tidak setara’ dengan laki-laki ternyata tidak hanya menyangkut masalah peran, tapi juga kesehatan. Menurut penulisnya, ketidaksetaraan ini mengakibatkan kondisi seperti di bawah ini :
1. Lebih banyak perempuan didera kemiskinan ketimbang lelaki
2. Lebih banyak perempuan yang kekurangan pendidikan serta keterampilan untuk menunjang penghidupan mereka sendiri ketimbang laki-laki
3. Lebih banyak perempuan yang kekurangan akses ke informasi dan layanan kesehatan yang penting dibanding laki-laki
4. Lebih banyak perempuan kurang memegang kendali atas pengambilan keputusan-keputusan mengenai kesehatan dasar mereka sendiri ketimbang laki-laki

Benarkah? Seorang perempuan India bernama Chetna, memaparkan kisahnya dalam buku ini. Sebagian besar wilayah pedesaan di India, perempuan minum susu lebih sedikit ketimbang suami dan anak lelaki mereka, lagipula mereka baru makan bila semua lelaki dalam keluarganya telah dilayani. Biasanya ini mengakibatkan terbatasnya makanan yang diperoleh perempuan dan pola ini menunjukkan dengan gamblang seberapa rendah nilai perempuan itu di mata lingkungannya. Pengorbanan yang lambat laun akan ‘membunuh’ semua anggota keluarganya bukan? Jadi teringat tentang puisi perempuan, ah sakit sekali mendengarnya, rasanya tidak adil.

Buku ini sangat cocok baik untuk pekerja kesehatan maupun masyarakat umum yang ingin membantu mengatasi masalah kesehatan perempuan. Di dalamnya terdapat ragam informasi tentang upaya preventif, kuratif dan rehabilitatif kesehatan perempuan yang dilengkapi dengan ilustrasi (gambar dan kisah) –-meski sedikit ‘maksa’. Jika dibandingkan dengan buku “Dokter di Rumah Anda”, memang buku ini kurang lengkap dan kurang informatif. Tapi keunggulannya adalah filosofis ‘kekuatan=kesehatan perempuan’ yang menjadi kebaikan bagi semua orang, yang menjadi dasar dari pembuatan buku ini.

Hal yang menarik lagi selain dari perawatan pada perempuan hamil, menyusui, perempuan usia senja, perempuan penyandang cacat, kesehatan seksual perempuan, keluarga berencana, kekerasan terhadap perempuan, obat-obatan dan masih banyak lagi (biar penasaran..:p ), ada satu bahasan yang selalu ada di setiap bab dalam buku ini yakni “Berkarya demi perubahan”.

Keadaan perempuan di sebagian pedesaan di India (atau mungkin juga terjadi di negeri antah berantah ini dan belahan dunia lainnya) tidak harus terjadi jika kita mampu 1)mengawali perubahan dalam keluarga, 2)Mengupayakan perubahan dalam masyarakat.

“Membesarkan anak-anak bagi dunia yang lebih baik”, adalah salah satu dari gagasan perubahan dalam keluarga. Bagaimana peran ibu di dalamnya ?
1. Ajarkan kepada anak laki-laki agar bersikap baik dan penuh kasih sayang, sehingga kelak mereka akan menjadi suami, ayah dan saudara yang baik
2. Ajari anak perempuan agar menghargai diri mereka sendiri, sehingga mereka akan mendapatkan rasa hormat pula dari orang lain
3. Ajari anak lelaki agar berbagi pekerjaan rumah tangga, umpamanya mencuci piring, menyapu bahkan memasak, serta tanamkan rasa bangga dalam hati mereka bila mereka mereka mengerjakan tugas-tugas itu bersama dengan kakak atau adik perempuan mereka, sehingga kelak istri dan anak perempuan mereka tidak tertimpa beban kerja yang terlalu berat dan membahayakan kesehatan
4. Ajari anak perempuan agar mandiri, dengan cara memberikan kesempatan pada mereka untuk menamatkan pendidikan atau mempelajari keterampilan-keterampilan yang berguna untuk mencari nafkah sendiri..(hmm,,)
5. Ajari anak laki-laki untuk menghormati semua perempuan, dan agar mereka menjadi pasangan yang bertanggung jawab….
Lalu bagaimana mengupayakan perubahan dalam masyarakat? Diantaranya adalah:
1. Berbagi informasi
Bagi perempuan memang tidak berat, apalagi yang sudah terbiasa bergosip..ups :p. Tapi terkadang perempuan sulit atau malu untuk mengungkapkan masalah kesehatan pribadinya
2. Membentuk kelompok2 bantuan
3. Berupaya lebih mandiri
Misalnya dengan proyek-proyek yang membantu perempuan untuk memperoleh uang sendiri.
4. Mengembangkan proyek-proyek swadaya masyarakat
Contohnya adalah gerakan sabuk hijau di Kenya yang melibatkan banyak perempuan. Pencetusnya yang juga seorang perempuan mendapatkan nobel perdamaian.

Nah, bagaimana kesehatan dan kekuatan anda sekarang, wahai kaum hawa? Siapkah menjadi guru bagi dunia, karena ketahanan suatu negara bergantung pada kekuatanmu, begitu sabda Rasulullah terkasih. Dan engkau wahai kaum adam, masihkah engkau memberikan susu yang bersisa untuk istrimu? Atau mengapa tak kau bantu juga ibu, kakak dan adik perempuanmu memasak di dapur sesekali saja? :) Selamat sehat..!!

-22 Agustus 2007-

No comments:

Post a Comment