Friday, July 24, 2009

Ada Kalanya Kerinduan Lebih Bermakna

Dalam proses perkenalan dengan calon pasangan hidup, salah satu yang menjadi pertimbangan bagi setiap perempuan adalah apakah calon pasangannya berpenghasilan atau tidak, baik itu tetap maupun tidak tetap. Hal itu juga yang menjadi pertimbangan orang tua perempuan, selain agama tentunya, ketika calon menantunya datang mengajukan niat menikahi putrinya. Seperti halnya yang saya alami ketika dulu berkenalan dengan suami saya sekarang. Ia bekerja di bidang oil and gas dengan sistem on-off, 2 minggu di field (palembang) dan 12 hari off. Jadi selama sebulan, kami hanya bertemu sekitar 12 hari bahkan terkadang kurang. Kenyataan tersebut juga sudah dipertimbangkan, dalam arti ketika menikah berarti siap untuk ’ditinggal’.

Pada awalnya hal tersebut terasa biasa-biasa saja, sebab ketika ia di field, saya mengerjakan tesis di bandung, jadi tak terasa waktu cepat berlalu. Namun ada saja momen-momen yang membuat saya melow, merasa tidak tegar untuk berpisah. Mungkin terkesan konyol, tapi momen itu akhir-akhir ini semakin banyak dan mengantri. Momen itu adalah momen menghadiri undangan pernikahan teman. Kenapa bisa seperti itu?

Hampir di setiap undangan yang saya hadiri, saya selalu ditanya ”Dika sendiri?”, dan pertanyaan itu lebih tepat terdengar ”Dika gak sama suami?”. Hal itu tidak masalah pada awalnya, namun menjadi masalah ketika saya merasa memang sendirian di tengah para pasangan-pasangan baru yang juga datang ke undangan. Sempat ada yang nyeletuk ”Dika baru ditinggal suami 2 minggu aja udah ngelamun gitu” (ayo ngaku ini siapa :p). Masya Allah, rasa rindu saya pada suami saya semakin besar. Entah itu perasaan rindu atau sebenarnya hanya emosi cemburu melihat pasangan lain yang bisa datang bersama dan begitu mesra. Aneh bukan, padahal dari rumah niatnya adalah memenuhi undangan sahabat..tapi godaan syaitan yang menghembuskan rasa iri selalu mengintai di setiap tempat, setiap waktu.

Saat perjalanan pulang, yang tentunya sendirian, saya tuangkan kesedihan tersebut di sms dan saya kirimkan pada suami saya. Lama sms tak terjawab dan ada perasaan menyesal di hati saya, suami saya tidak bisa menemani saya karena sedang bekerja mencari nafkah dan kini saya membebaninya lagi dengan curahan emosi seperti itu. Astagfirullah, maaf Mas. Beberapa waktu setelah itu hp berbunyi, masuk sms jawaban dari suami saya ”Sabar ya, tidak semua yang terlihat indah itu sejatinya indah, adakalanya mungkin kerinduan kita lebih indah dari kebersamaan..i love u”..
Subhanallah Alhamdulillah, kalimat itu terasa seperti tetesan air di padang hati saya yang sedang kering terbakar rasa cemburu..sejuk sekali..dan saat itu juga saya merasa rindu yang sangat dalam yang kemudian mewujud dalam sebuah doa untuk dirinya. Ya adakalanya rasa rindu lebih bermakna dari sebuah kebersamaan..

Terimakasih ya Rabb,
Terimakasih Mas..

No comments:

Post a Comment