Wednesday, November 25, 2009

Nama Untuk Anakku

Karena nama adalah do'a. Ungkapan itu yang mungkin telah mendorong jutaan pasangan suami istri untuk memberikan nama yang baik bagi buah hatinya. Nama yang mengandung do'a dan harapan agar kelak sang anak juga memiliki sifat yang sama dengan nama yang melekat padanya. Namun ternyata merancang sebuah nama tidak semudah yang dibayangkan. Berbagai ikhtiar pun dilakukan, ada yang sengaja membeli buku nama-nama bayi, ada yang mencari lewat internet, ada yang minta masukan nama kepada ustadz/ustadzah, ada yang konsultasi online, dan lain-lain. Jutaan nama baik yang berasal dari bahasa Arab, Sansekerta, Jawa, Sunda, dan suku-suku lain serta bahasa asing lainnya dirangkai sedemikian rupa agar menjadi nama yang indah. Namun jangan salah, alih-alih memberi nama indah pada anak, malah menjadi masalah di kemudian hari. Misalnya nama terlalu panjang, nama sulit dilafal, nama sulit dihafal dan nama ternyata mengandung makna keburukan.

Saya sendiri cenderung ingin memilih nama yang sederhana, mudah dilafal, memuat nama keluarga (nama ayah) dan tentunya juga mengandung makna yang baik. Dengan nama yang sederhana dan mudah dilafal, maka nama sang anak akan mudah dihapal. Hal ini juga memudahkan orang-orang sekitar baik itu keluarga, teman-temannya, atau tetangga untuk memanggil dan mengingat namanya. Jika sang anak mempunyai nama yang panjang, namun dia memiliki nama panggilan, itu juga akan memudahkan. Hanya saja orang-orang akan terus memanggil dan mengingat dia dengan nama panggilannya, lalu lupa dengan nama lengkapnya.

Lalu apa perlu menggandengkan nama ayah di belakang nama anak? Ya gak harus toh. Yang saya tahu di Malaysia banyak yang memberi nama anak yang nama belakangnya ditambah bin atau binti kemudian diikuti dengan nama ayahnya. Pernah saya ngobrol dengan seorang sahabat, jika kelak ia memiliki anak, ia ingin menggandengkan nama ayahnya dengan nama sang anak, asal nama ayahnya bagus. hehe.. boleh juga tuh. Ada juga yang tidak menggandengkan nama ayahnya dengan nama anaknya karena nama ayahnya cukup 'berat', contohnya apa ya? Beberapa alasan menggandengkan nama ayah dengan anak antara lain :
1. Akan menumbuhkan rasa menghormati di dalam jiwa anak
2. Menumbuhkan kepribadian sosialnya. Sebab, si anak dianggap dewasa dan merasa diberi penghormatan
(Diambil dari Pendidikan Anak Dalam Islam, Prof. Dr. Abdullah Nashih Ulwan).
Sebenarnya rada maksa juga sih pustaka ini diambil, soalnya yang dimaksud menggabungkan nama ayah dengan anak disini adalah memanggil nama ayah dengan nama anaknya yang diawali dengan kata Abu atau Ummu. Misalnya sang anak bernama Hurairah, maka Ayah dipanggil dengan nama Abu Hurairah, atau sang anak bernama Aufa, maka Ibunya dipanggil dengan nama Ummu Aufa. Tapi sekali lagi, tidak harus menggabungkan nama ayah dengan nama anak. Hal itu hanyalah sebuah pilihan. Dan yang susah adalah bagaimana menggabungkan nama tersebut agar terdengar indah dan tidak terkesan maksa. Ada yang punya dan mau berbagi pengalaman?

Adapun makna sebuah nama adalah hal yang paling utama. Banyak kisah dimana anak-anak setelah dididik sekian lama ternyata memiliki sifat yang sama dengan arti namanya. Misalnya ketika diberikan nama Farah yang artinya riang gembira, ia menjadi anak yang periang dibandingkan saudara-saudaranya yang lain. Dan makna inilah yang menjadi harapan bagi kedua orang tua. Sahabat saya Sesq, memberi nama putranya Farouq Hafizhuddin dengan harapan ia mampu membedakan mana yang benar dan yang salah sejak dini dan kelak tumbuh sebagai pemuda yang hanif dan adil (copas dari notenya sesQ..hehe), dan memang sejak kami masih muda..halah..sahabat saya yang satu ini ingin anaknya kelak faham akan Al Qur'an. Dan harapan itu terangkum dalam nama indah putranya sekarang. Lain lagi dengan sahabat saya yang lain, Anisa. Nama putrinya adalah Khaylannisa Azzahra. Yang saya tahu, Icha atau anisa ini suka banget dengan nama az zahra. Apa icha terinspirasi dengan kehidupan Fatimah Azzahra? wah kita tanya langsung aja ya.. :). Lalu ada nama Rausyan Fikri Luqman, putra pasangan Megawati (Echa) dengan Lucky Lukman. Begitu mendengar nama ini, saya langsung berpikir, "pas banget".. karena ada nama tengah fikri disana. Menurut saya, echa dan lucky memang para pemikir sejati, cerdas, tajam dan berwawasan luas.. jadi wajar kalau mereka kelak ingin putranya juga bisa nyambung kalo ngobrol tentang masalah ekonomi, politik atau industri.hehe..CMIIW ya cha. Dan ratusan nama lainnya yang mengandung ratusan makna sehingga kelak menjadi ratusan kepribadian yang akan mewarnai dunia ini, dengan warna yang indah.

Ah, sahabat-sahabat sudah berhasil merangkai nama bagi putra-putri mereka. Dan kini tengah berikhtiar mendidik putra-putrinya dengan nama yang melekat kepadanya. Kini giliran kami dan sahabat-sahabat kami yang lain yang tengah atau akan menanti kelahiran bayi mungilnya untuk juga merangkai nama dengan harapan akan menjadi nama yang diridhoi.. Semangat!!

-Untuk Sesq, Icha, Echa-Lucky, maap ya nama putra-putrinya jadi bagian note ini. koreksi kalo salah ya..=)

Tuesday, November 24, 2009

Bahkan Ibu Pun Suka Cerita Anak

Tak terasa usia kandungan saya sudah menginjak 36 minggu. Detik-detik kritis menjelang due date semakin menegangkan. Rasanya baru sedikit yang dipersiapkan. Beberapa kali saya hubungi teman2 yang sudah terlebih dahulu melahirkan. Saya tanya pengalaman mereka tentang pra, proses dan pasca melahirkan. Ada yang lancar, ada pula yang tidak sesuai dengan rencana. Jadi teringat dengan note sesQ, bahwa proses melahirkan adalah rezeki masing-masing ibu dan calon ibu. Kita hanya bisa berharap dan berencana sedangkan takdir adalah kuasa-Nya.

Berbicara tentang menunggu kelahiran, akhir-akhir ini saya punya kebiasaan baru. Sebenarnya tidak terlalu baru karena sejak usia kandungan sekitar 5 atau 6 bulan saya juga melakukannya. Namun sekarang lebih rutin karena saya memiliki cukup banyak waktu a.k.a nganggur di rumah, apalagi ketika sedang ditinggal pergi suami ke Palembang. Dan sebuah iklan produk susu ibu hamil berhasil memengaruhi saya, katanya suatu kebiasaan baik jika ibu bisa membacakan cerita dan memperdengarkan musik klasik 2 kali sehari. Di tengah-tengah aktivitas harian ibu rumah tangga, kegiatan rutin 2 kali sehari itu saya kerjakan. Diam2 saya merasakan manfaat lebih dari kegiatan itu bagi diri saya pribadi, terutama kegiatan membacakan cerita pada janin.

Dalam sebuah hadist riwayat Thabrani, Rasulullah SAW bersabda "Didiklah anak-anak kalian pada tiga hal : mencintai Nabi, mencintai keluarganya dan membaca Al-Qur'an". Berangkat dari hadist ini, saya coba pilihkan buku cerita dengan tema kisah hidup nabi muhammad SAW, kisah para nabi dan asmaul husna. Niatnya agar cerita-cerita pertama yang ia dengar adalah cerita bertema islam, bukan tentang kisah 1001 malamnya aladdin atau yang lain. Pernah juga tertarik untuk membeli buku cerita rakyat indonesia yang sarat dengan petuah, tapi uangnya gak cukup..hehe.

Cerita pun dimulai. Membaca cerita seolah-olah ada anak di depan kita mendengarkan sungguh menggelikan. Terkadang tangan pun ikut bergerak seirama dengan percakapan dalam cerita tersebut. Intonasi dibuat semenarik mungkin. Karena semakin menarik, semakin kuat ia menendang perut kita. Entah ia mengerti atau tidak yang pasti mungkin ia juga merasa geli mendengar suara ibunya yang bervariasi tak karuan..hehe. Membacakan cerita adalah bentuk komunikasi antara ibu dengan janin yang katanya banyak manfaatnya. Meskipun belum ada riset yang membuktikan bahwa membacakan cerita pada janin membuatnya bisa membaca di usia yang lebih dini, tapi kegiatan ini dapat menimbulkan rasa tenang pada janin. Dan manfaat lebih yang saya rasakan adalah saya jadi tahu tentang fragmen kisah para nabi yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Misalnya bahwa nabi Luth adalah putra Harun, adik nabi Ibrahim; Siti Sarah hamil ketika Nabi Ibrahim berusia 100 tahun; Ya'qub memiliki empat istri yang dari semua istrinya itu ia mempunyai 12 anak yang dikenal dengan asbath. Dari asbath ini lahir beberapa nabi seperti musa, harun, ilyas, ilyasa', daud, sulaiman, zakariya, yahya, isa dan yunus. Ada juga kisah nabi Ayyub yang memiliki seorang istri yang sabar bernama Siti Rahmah. Saat membaca kisah Ayyub yang terkenal dengan kesabarannya menghadapi ujian yang bertubi-tubi ini, air mata tiba-tiba mengalir. Tidak hanya karena teringat akan memori kisah Nabi Ayyub yang luar biasa tapi juga pengorbanan seorang istri untuk membuktikan kesetiaanya pada suami dan kecintaannya pada Allah. Tak terasa mulut ini bebisik pelan sambil mengelus perut yang semakin besar "Nak, bunda ingin menemani ayah seperti siti rahmah
menemani nabi Ayyub".. Dan berbagai fragmen kisah para nabi dan rasul lainnya yang menambah khasanah sejarah islam saya. Alhamdulillah..

Jadi, para calon ibu dan para ibu, janganlah bosan untuk menceritakan kisah-kisah hikmah pada janin atau putra-putri kita. Tema apapun itu, insya Allah kita niatkan untuk kebaikan mereka, dan pada akhirnya kita sendiri pun merasakan manfaatnya. Karena ketika janin sering dibacakan cerita maka ketika ia telah melihat dunia, ia akan terlelap dengan kisah yang kita ceritakan saat ia masih dalam kandungan, insya Allah. Kalo ibu, apa yang ibu ceritakan kepada mereka?